Hubungi Kami

Chat Sekarang

Jelajah Qur'an Penuh Keberkahan

03 January 2024


Kisah Perang Badar


Kapan disyariatkan Jihad?

Syekh Dr. Muhammad Abu Syuhbah berpendapat bahwa jihad disyariatkan pada awal-awal tahun ke-2 Hijriyah. Alasannya, karena pada tahun pertama hijriyah kau. Muslimin masih disibukkan dengan urusan-urusan mereka, baik masalah ukhrawi maupun duniawi. Misalnya membangun Masjid Nabawi, urusan mata pencaharian dan lapangan pekerjaan. Selain itu juga masalah penataan politik seperti mengikat persaudaraan di antara mereka dan menjalin perdamaian dengab kaum-kaum yahudi yang memberikan tempat di Madinah agar aman dari kejahatan mereka. Menurut Prof. Sahlih As-Syami, izin diperbolehkannya berjihad itu turun di akhir-akhir tahun pertama Hijriyyah.

Perbedaan antara Sariyah dan Ghazawah?

Sebagian besar buku sejarah menyebut setiap kelompok kaum muslimin yang berangkat bersama Nabi untuk memerangi musuh dengan istilah Ghazwah, baik terjadi pertempuran ataupun tidak, baik dalam jumlah besar maupun kecil.

Buku-buku sejarah juga menyebut setiap kelompok kaum muslimin yang diutus oleh Nabi untuk menghadapi musuh dengan istilah Sariyah atau Ba'ts, yang kadangkala terjadi pertempuran dan kadangkala tidak.

Sariyah kadang diutus untuk mengintai keadaan musuh atau untuk kepentingan lainnya. Biasanya jumlah pasukan yang diutus dalam satu sariyah tidak banyak, karena misi yang diemban pun hanya sebatas menyergap, menakut-nakuti musuh, atau mengacaukan konsentrasi musuh.

Rasulullah telah memimpin langsung, sebanyak 27 perang (ghazawah), dan sudah mengutus kurang lebih 38 pasukan (sariyah dan ba'ts). Beliau mempersiapkan semua itu dalam waktu yang sangat singkat di saat usia Islam baru mencapai 10 tahun.

Sensus Penduduk Madinah dan Kaitannya dengan Utusan Perang

Nabi memerintahkan sensus terhadap penduduk Madinah pada tahun pertama dari Hijrah, segera setelah dilakukan pemersaudaraan. Dan jumlah kaum muslimin saat itu, atau sebagaimana disebutkan dalam dalil perintah Rasulullah ketika beliau bersabda, "Tuliskan untukku siapa saja yang telah masuk Islam dari orang-orang!" Maka diperolehlah bahwa jumlah dari para pejuang Islam saja pada saat itu mencapai 1.500 pria. Setelah dilakukan sensus ini menyebarlah di kalangan kaum muslimin pertanyaan-pertanyaan kagum sekaligus heran, "Kita selama ini ketakutan, padahal jumlah kita seribu lima ratus?"

Pasalnya, sebelum itu kaum muslimin tidak bisa tidur tanpa menyanding senjata, khawatir atas keselamatan diri mereka. Saat itu, Rasulullah juga melarang mereka keluar rumah sendirian pada malam hari untuk melindungi mereka dari pengkhianat.

Setelah dilakukan sensus penduduk ini, maka segera dimulailah pengiriman pasukan sariyah maupun ghazwah. Pelaksanaan sensus penduduk ini termasuk bagian dari realisasi program-proram pengembangan negara baru tumbuh tersebut.

Pengawalan Nabi oleh Shahabat Secara Pribadi

Para shahabat senantiasa mengawal Nabi atas inisiatif pribadi. Ummul Mukminin Aisyah berkata:

"Suatu malam Rasulullah tidak bisa tidur, lantas beliau mnengatakan, Duhai sekiranya ada seorang laki-laki saleh dari shahabatku menjagaku malam ini' Tiba-tiba kami mendengar suara senjata. Nabi bertanya, 'Siapa itu?' Sa'ad nenjawab, Wahai Rasulullah, aku datang untuk menjagamu!' Setelah itu Nabi tidur hingga aku mendengar suara nafas (dengkur) beliau. "

Peristiwa di atas terjadi sebelum Perang Badar Kubra.

Dari hadits Aisyah tersebut berisi syariat untuk berjaga dari ancaman musuh, memperketat penjagaan, dan tidak menyepelekan kebutuhan untuk selalu waspada. Selain itu, rakyat wajib menjaga pemimpin mereka dari ancaman musuh. Terdapat kebaikan dan penghargaan bagi orang-orang yang rela melakukan kebaikan ini, Kendatipun demikian, Nabi menyertai tindakan tersebut dengan kuat tawakal yang kuat dari beliau. Hal itu agar bisa menjadi contoh bagi yang lain.

About

Kami hadirkan kisah kisah yang ada dalam Al Qur'an. Kami berusaha menghadirkan kisah yang telah teruji sahih dan valid dari ulama ulama terdahulu.

No comments:

Post a Comment